Aku menatap
pantulan diriku di cermin. Terlihat jelas aku kini mengenakan gaun pengantin
putih yang indah dengan wajah yang sudah dirias menawan, rambutku di gelung
dengan rapinya, dan aku juga memakai high heels bewarna senada denga baj yang
aku pakai. Aku berjalan ke arah jendela yang tertutup tirai putih. Ku lihat
sudah banyak tamu undangan yang berdatangan rata-rata dari teman papa, mama,
keluarga besar dan beberapa kerabat dekat. Jantungku berdegub kencang bahkan
aku sendiri tak menyangka akan menikah hari ini dengan orang yang telah papa
jodohkan untukku. Namanya Muhammad Liandio Pratama, dia lebih tua dariku dua
tahun. Kami baru mengenal sekitar satu bulan yang lalu tepat papa memberitahukan
bahwa kami berdua dijodohkan. Jujur saja bukan ini bukan seperti ini pernikahan
yang aku inginkan. Jika papa tahu aku menunggu seseorang yang aku cintai. Bukan dengan mas Dio orang yang tidak aku
cintai. Ini tidak seperti yang aku bayangkan. Bagaimana aku menjalankan
kehidupanku setelah menikah dengan mas dio. Aku tak mau melukai hatinya. Tak
terasa air mataku menetes entah sekarang apa yang harus aku lakukan. Pikiranku
campur aduk aku tak dapat berpikir jernih. Apakah aku harus kabur dari
pernikahan ini ? tidak Vin bukankah kamu ingin menjadi anak yang berbakti pada
orang tuamu. Tidak tidak boleh itu cara yang salah. Aku menghembuskan nafas
panjang agar membuatku sedikit tenang. Vin turuti saja apa yang kedua orang
tuamu inginkan itu lebih baik. Aku menganggukkan kepalaku sendiri.
Tiba-tiba pintu
ruangan yang aku diami diketuk seseorang dari luar. Aku berjalan mendekati
pintu sebelumnya aku mengahapus air mataku. Aku membukakan pintu telihat wanita
paruh baya yang sudah rapi mengenakan kebaya warna putih senada dengaku ya itu
mama. Sudah berdiri di ambang pintu.
“apa kau sudah
siap sayang ?” tanya mama aku hanya bisa memberikan senyum seindah mungkin agar
mama tak curiga jika aku habis menangis. “lihatlah anak mama cantik sekali
putri salju mungkin akan iri kepadamu jika dia ada disini” mama merapikan gaun
dan rambutku yang sedikit berantakan.
“mama bisa saja”
aku menghembuskan nafas dengan kasar untuk menghilangkan rasa gugpku.
Setelah mama merapikan rambutku mama
langsung menggandeng tanganku agar tidak gugup dan menuntunku keluar ke taman
belakang rumah yang di desain cantik dengan nuansa putih.
Semua tamu
undangan yang tadinya duduk kini berdiri, dan semua mata yang ada di tempat itu
terpusat ke arahku tak terkecuali mas dio dan papa. Mama yang tadi menuntunku
kini menyerahkanku kepada papa. Papa menggandeng tanganku dan berjalan
mendekati Mas Dio yang sudah berdiri di depan altar dengan tuxedo putih. Dia
tampak gagah dan tampan namun diraut wajah terlihat sekali bahwa sekarang mas
Dio sama sepertiku gugup terlihat berulang kali ia menghembuskan nafas dan
mencoba untuk tenang. Setelah sampai aku diserahkan ke Mas Dio. Mas Dio
langsung menggenggam tanganku dan kami berdua menghadap aku meliriknya. Tuhan
semoga keputusanku untuk menikah dengan pria ini adalah pilihan yang tepat.
Kami duduk bersamaan di tempat yang telah disediakan.
“Ananda Muhammad
Liandio Pratama apakah ananda dengan tulus ikhlas tanpa paksaan mencintai
ananda Vina Princessa Setiawan dan siap dinikahkan secara islam ?” ucap
penghulu.
“ya, saya dengan
tulus ikhlas tanpa paksaan mencintai Vina Princessa Setiawandan siap dinikahkan
secara islam”ucap Mas dio. Tangan mas dio berjabatan dengan penghulu.
“bismillahir
rahmaanir rahiim. Ananda Muhammad Liando Pratama bin Muhammad Zainal Abidin
saya nikahkan engkau dengan Ananda Vina Princessa Setiawan binti Adi Setiawan
dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan rumah mewah dibayar tunai”
“saya terima
pernikahan saya dengan Ananda Vina Princessa Setiawan binti Adi Setiawan dengan
mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan rumah mewah dibayar tunai” mas dio
berkata dengan mantap dan lancar.
“bagaimana
menurut saudara-saudara sah ?” ucap penghulu.
“tidak sah”
teriak seseorang dengan lantang membuat semua orang yang ada disini menatap ke
arahnya dari kejauhan. Tidak terkecuali aku dan mas Dio. Pria yang mengenakan
setelan jas hitam itu melangkah ke arah kami berdua dengan langkah pasti.
Semakin lama terlihat jelas wajahnya. Tuhan apakah benar ini. jika ini mimpi
jangan pernah bangunkan aku dari mimpi indah ini tuhan. Aku mencubit pipiku
ternyata sakit menjalar di pipiku ini bukan mimpi ini sungguhan. Benar itu
wajah yang selalu aku rindukan. Seseorang yang telah kunanti sepuluh tahun
terakhir. Papa langsung berdiri raut wajah terlihat begitu jelas bahwa beliau
sedang marah besar.
“saudara ini
siapa, berani-beraninya mengacaukan acara pernikahan putriku” bentak papa.
Sedangkan mama yang berdiri disamping papa mencoba untuk menenangkan papa. Aku
dan mas dio berdiri dari tempat duduk kami. Para tamu undangan semua pada
berbisik-bisik. Persetan dengan tamu undangan, aku tak peduli dengan mereka semua.
Aku bukan orang
yang munafik, jujur saja aku bahagia benar-benar bahagia apakah sesorang itu
sudah menyadari perasaanku atau dia telah menerima perasaan yang aku pendam
dalam hati. Aku telah mencintainya sejak aku masuk SMA. Dia adalah kakak
kelasku, anggota OSIS yang berhasil mebuatku jatuh hati karena senyumannya.
Bahkan aku sampai mengikuti OSIS, dan olimpiade, dan aktif diberbagai acara
agar seseorang itu melihatku. Setelah dia lulus aku belajar dengan giat agar
aku bisa diterima di universitas yang sama dengan jurusan yang sama pula
dengan seseorang itu. Sebut saja namanya
Bintang Cahya Putra, nama yang sangat indah seindah rupa orangnya. Sempat aku
menyerah menantikan mas Bintang karena selama sepuluh tahun aku menyukainya
tetapi tidak pernah mendapatkan respon apapun dari mas Bintang. Kini api yang
telah padam itu telah kembali berkobar. Mas aku menantimu apa kau tahu itu.
“saya bintang
om, saya kekasih vina om. Om izinkan saya menikahi anak om saya sangat
mencintai vina bahkan saya tidak bisa hidup tanpa vina om. Saya janji akan
menjaga vina dengan seluruh nyawa saya, saya akan membahagiakan vina om”ucap
mas bintang yang membuatku terharu hingga menitikan air mata. Kini mas bintang
bertekuk lutut dihadapan papa dan mama. Bahkan ia sampai mengaku-ngaku menjadi
pacar aku.
“tante om saya
mohon saya benar-benar mencintai vina om, izinkan saya menikah dengan vina om,
saya mohon.”
Mas Dio
menatapku tak mengerti maksud semua ini. aku menatapnya sambil tersenyum dengan
air mata masih membasahi. Kulihat mas dio sudah mulai mengerti tatapanku. Dia
membalasku dengan senyumannya.
“iya mas dia
yang selama ini aku tunggu” ucapku lirih namun masih bisa terdengar oleh mas
dio.
“jika kamu
bahagia dengannya aku juga akan bahagia untukmu”
“maafkan aku mas
karena aku telah menyakitimu, maafkan aku karena keegoisanku.”aku menangis
sejadi-jadinyaak telah melukai perasaan pria yang sangat baik dengan apa yang
aku lakukan. Vina memang bodoh.
“pergilah
menikahlah dengan pria yang kau cintai aku ikhlas vina” aku reflek memeluk mas
dio. Lalu beberapa menit melepaskan pelukannya.
“terima kasih
mas, terima kasih” aku tersenyum dan langsung ikut berlutut menghadap papa dan
mama.
“jika kamu
mencintai Vina kenapa kamu baru datang sekarang ketika Vina akan dinikahkan
dengan calon suaminya ?” tanya papa tanpa basa-basi.
“maafkan saya om
saya terlalu bodoh saya takut jika om dan tante tidak menyukai saya. bahkan
saya tidak tahu vina akan dinikahkan oleh orang yang telah om jodohkan kepada
vina. Maafkan saya om atas kebodohan saya selama ini saya terlalu egois” jawab
mas Bintang. Aku langsung bertekuk lutut disebelah mas Bintang.
“papa mama vina
mohon izinkan vina dan mas bintang ini menikah pa ma. Vina sangat mencintai mas
bintang pa vina bahagia hidup bersama mas bintang pa ma vina mohon” ucapku.
“om tante kami
mohon restui kami” ucap mas bintang. Papa dan mama berbisik-bisik mendiskusikan
masalah ini. setelah berapa lama papa dan mama menatap ke arahku dan mas
bintang.
“asal itu
membuat anak papa dan mama bahagia silahkan.” Ucap papa, mendengar itu mas
bintang tersenyum girang. Dan sedangkan aku langsung memeluk papa dan mama
erat.
“makasih papa
mama. Aku sayang kalian berdua” ucapku yang masih memeluk kedua orang tuaku.
“tidak bisa
bagaimana nasib keluarga kami” kini orang tua mas dio berbica tak terima bahwa
keluarganya dipermalukan. Aku tahu ini hanya pernikahan bisnis. Jadi jika aku
dan mas dio menikah keluarga mas dio akan menerima dana investasi dari papa.
Karena perusahaan mas dio mengalami kerugian yang cukup besar.
“ begini pak
zainal perjanjian kita akan tetap kita laksanakan dan saya akan bekerjasama
dengan perusahaan bapak dalam proyek ini. Bagaimana apakah bapak setuju dengan
tawaran saya” papa mencoba bernegosiasi dengan om zainal, ayah mas dio. Om
zainal kelihatan berpikir. Bukankah ini tawaran yang bagus proyek yang papa
kerjakan itu adalah proyek besar apabila perusahaan om zainal bekerjasama
dengan perusahaan papa dan jika proyek ini berhasil akan mendapat keuntungan
besar yang dapat menutup kerugian dari perusahan om zainal. Bahkan bisa lebih.
“baiklah saya
setuju. Tidak apalah pernikahan ini batal” kata om zainal sambil menjabat
tangan papa. Akhirnya kelar juga masalah om zainal dan papa.
Aku bahagia
sekali tuhan aku akan menikah dengan orang yang sangat kucintai. Walaupun aku
harus mengalami penantian panjang selama sepuluh tahun. Selama itu pula aku
selalu sabar menghadapi orang seperti dia yang cuek bahkan apa yang aku lakukan tak dia pedulikan. Kini
setelah aku hampir menyerah engkau datangkan dia dengan sikap yang berbeda dari
biasanya. Akhirnya penantianku selama ini tidak sia-sia tuhan terima kasih.
“terus untukmu
bintang jagain anak om, jika terjadi sesuatu padanya kamu akan berhadapan dengan om” ancam papa. Mas bintang langsung
mengangguk mendengar hal itu.
“baik om, om
tidak perlu khawatir dengan hal itu” ucap mas bintang antusias.
“kapan kamu akan
menikah dengan vina ?” tanya mama
“kalau bisa hari
ini juga tante saya sudah persiapkan semuanya”
“baik kalau
begitu sekarang pak penghulu nikahkan anak saya dengan pemuda ini sekarang”
Aku dan mas bintang duduk di tempat yang tadi
aku duduki berdua dengan mas dio. Kini mas dio duduk disebelah penghulu sebagai
saksi. Kekecewaan dan kesedihan tampak dari raut wajahnya. Aku tak tega
melihatnya. Maafkan aku mas dio karena aku membuatmu terluka. Sekali lagi
maafkan aku mas. Semoga mas Dio bisa
menemukan pendamping yang jauh lebih baik daripada aku.
“baik akad nikah
kita ulangi lagi. Sebelumnya nama lengkap saudara siapa ?” tanya penghulu itu
kepada mas bintang.
“Bintang Cahya
Putra” jawab mas bintang, penghulu itu mencatat sesuatu di sebuah kertas.
“bismillahir
rahmaanir rahiim. Ananda Bintang Cahya Putra bin Bakhrul Amiq saya nikahkan
engkau dengan Ananda Vina Princessa Setiawan binti Adi Setiawan dengan mas
kawin seperangkat alat sholat dan al-qur’an dibayar tunai”
“saya terima
pernikahan saya dengan Ananda Vina Princessa Setiawan dengan mas kawin berupa
seperangkat alat sholat dan al-qur’an dibayar tunai” ucap mas bintang lancar.
“bagaimana sah
?”
“sah” ucap semua
tamu undangan dengan semangat terutama mas dio. Terlihat antusias sekali.
“alhamdulilah”
mas bintang mengeluaran kotak pehiasan dari dalam sakunya dan membukanya
terdapat sepasang cincin kawin yang indah. Mas bintang mengambil salah satu
dari cincin itu dan memasangkannya di jari manisku. Lalu mencium keningku
lembut. Aku mengambil cincin yang satunya dan memasangkannya dijari manis mas
bintang dan mencium tangannya.
*
* *
Resepsi
pernikahan dilaksanakan pada malam hari setelah akad nikah di sebuah hotel
berbintang lima. Ballroom yang biasa kini sudah dihias menarik dan cantik.
Terkesan elegan lebih tepatnya dengan nuansa warna violet dan putih. Sedangkan
aku memakai gaun dengan panjang selutut lengan panjang yang transparan berwarna
violet sedangkan mas bintang menggunakan tuxedo bewarna putih. Terlihat jauh
lebih tampan daripada biasanya. Wajah yang selau aku kagumi. Aku tersenyum
bahagia saat para tamu menyelamati kami. Terutama melihat senyum mas bintang
yang tak pernah luntur dari tadi siang. Mas dio datang memberikan ucapan
selamat kami berdua. Mas dio mendekatkan kepalanya ke arahku.
“seharusnya aku
kini yang berada disebelahmu dan menjadi pendampingmu. Tapi lupakanlah
kelihatanya kau jauh lebih bahagia daripada saat aku yang berada di sebelahmu”
bisiknya ke arah. Sekilas perasaan bersalah itu muncul dalam hatiku. Kini mas
dio tertawa melihat ekspresi bersalahku.
“sudah lupakan
saja jangan kau anggap serius aku lebih senang kau berdiri disini dengan
bintang disampingmu. Aku jauh lebih bahagia jika kamu bahagia ingat itu. Sudah
aku harus pergi banyak yang mengantri dibelakangku. Sekali lagi selamat atas
pernikahan kalian.”ucapnya
“terima kasih
mas” ucapku. Kini dia berjalan menjauh dari kami. Semoga mas bisa menemukan
yang lebih baik lagi daripada aku.
Hari yang
melelahkan banyak sekali tamunya. Badanku capek semua, kini aku terkapar
dikursi santai, high heels yang sedari tadi kukenakan kini sudah kulepas.
Sambil sesekali memijit tumit kakiku yang kaku. Kulihat mas bintang datang ke
arahku dengan membawa dua gelas minuman. Lalu duduk disebelahku dan menyodorkan
segelas minuman kepadaku. Aku menerima gelas itu dan langsung meneguknya. Aku
benar-benar kehausan.
“makasih mas”
ucapku. Mas bintang meneguk minuman yang ia pegang tadi. Kulirik mas bintang raut
wajahnya susah aku tebak. Kini wajahnya termenung entah apa yang ada dalam
pikirannya. “mas kenapa ?” aku memegang pundak mas bintang. Seketika itu mas
bintang yang sadar dari lamunannya langsung berdiri dan meninggalkanku tanpa
menjawab pertanyaanku. Apa mungkin ? ah nggak vin mas bintang mungkin lagi
kecapekan nggak boleh berpikir yang nggak-nggak vin.
“bintang”mama
memanggil mas bintang. Aku yang masih duduk hanya melihat dari kejauhan. Mas
bintang langsung mendekati papa, mama, dan kedua orang tuanya mas bintang
sendiri. Apa yang mereka bicarakan. Setelah beberapa menit mereka tertawa
riang. Biarkan saja mungkin mereka semua membicarakan hal yang penting. aku
mengambil ponsel yang ada didekatku dan memainkannya. Untuk mengusir penat
yangak rasakan sekarang. Aku membuka sosial mediaku isinya hanya ucapan selamat
dari teman-teman sosialita.
Tiba-tiba
tanganku digenggam seseorang dan langsung menyeretku pergi dari tempat dudukku
yang nyaman. aku dengan bergeg mengambil high helsku yang aku lepas tadi. Aku
menoleh ternyata mas bintang yang menyeretku. Sebenarnya ada apa kenapa mas
bintang tiba-tiba menyeretku.
“mas
sebenarnya ada apa ? mau kemana kita mas ?” otakku penuh dengan banyak
pertanyaan. Mas bintang tidak menanggapi pertanyaanku. Aku mengikuti mas
bintang kemana masnya akan membawaku. tak berapa lama mas bintang ternyata mas
bintang membawa ku ke mobil BMW hitamnya. Mas bintang memasuki mobilnya dan
menyalakan mesin. Aku masih terdiam di tempat aku berdiri dengan gaun dan
rambut yang sedikit berantakan, tanganku membawa telpon genggam dan high heels.
Kakiku tak mengenakan alas kaki apapun. Jika dilihat penampilanku sungguh
memalukan.
Tiiit..
Tiitt..
Aku
langsung menoleh ke arah mobil yang ada disampingku, mas bintang ada di bangku
pengemudi menatapku tajam dan memberikan isyarat agar aku masuk ke dalam mobil. Aku yang mengerti langsung
masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah mas bintang. Mas bintang langsung
melajukan mobilnya. Aku tidak tahu kemana mas bintang membawaku pergi. Hanya
keheningan yang menghiasi perjalanan kami. Aku tak berani membuka pembicaraan.
Begitu juga dengan mas bintang yang sepertinya enggan untuk memulai
pembicaraan. Aku masih tak percaya bahwa aku telah menikah dengan mas bintang
kini mimpi terwujud. Kini aku dapat melihat wajah tampannya dengan jelas.
Biasanya aku mengamatinya dari kejauhan sekarang aku bisa melihatnya dari
dekat.
Setelah
beberapa menit mobil yang kami berdua sudah sampai di basement sebuah
apartement. Setelah memakirkan mobil mas Bintang langsung keluar dari mobilnya.
Aku masih diam duduk di tempat pikiranku masih membayangkan apa yang akan aku
lakukan setelah ini dengan mas bintang secara kini kami berdua sudah resmi
menjadi suami istri. Ah malu sendiri jika membayangkannya, akupun tersenyum
sendiri memikirkan tentang itu. Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca jendela mobil
disebelahku membuatku tersadar dari lamunanku. Aku menengok ke arah kaca mobil.
Aku terkejut ternyata mas bintang yang dari tadi mengetuk. Aku langsung keluar
dari mobil. Apa tadi mas bintang melihatku melamun, jika ia itu akan memubuatku
malu. Aku menundukkan kepalaku.
Mas
bintang langsung berjalan mendahuluiku. Aku langsung bergegas berjalan di
belakangnya mencoba menyamakan langkahku dengan mas bintang tapi langkahnya
terlalu cepat. Kini kami berdua sudah memasuki gedung apartemen dan langsung
menuju ke lift. Aku masih mengekor di belakang mas bintang. Mas bintang menekan
angka 18 pada tombol yang berjejer rapi menempel di dinding. Sama seperti tadi
tak ada percakapan hanya keheningan yang menyelimuti. Dentingan suara lift
tanda bahwa kami berdua sudah sampai pada lantai yang kami tuju. Kami berdua
melangkah keluar hanya beberapa langkah dari lift mas bintang behenti melirik
sekilas ke arah pintu putih bernomor 2046 dan menghembuskan nafasnya. Setelah
itu berjalan lagi. Aku berhenti di depan pintu itu dan meliriknya sekilas.
Kenapa dengan pintu ini. adakah yang spesial dari pintu ini ? mas bintang sudah
berada jauh aku langsung berjalan mendekati mas bintang. Sudah lupakan tentang
pintui itu. kenapa aku harus penasaran. Kini mas bintang berhenti lagi di depan
sebuah pintu putih sama seperti tadi tetapi berbeda nomor yang menempel di
dinding. Kalau tadi 2046 kini nomornya 2048. Setelah memasukkan password pintu
putih di depan kami berdua. Lampu-lampu langsung menyala secara otomatis ketika
kami berdua menginjakkan kaki.
Apartement
yang simple tidak terlalu banyak perabotan terkesan luas. Aku mengedarkan
pandanganku baru aku sadari ternyata apartement ini memiliki balkon aku
berjalan ke balkon yang pintunya terbuka membuat tirai yang menutupinya tertiup
angin.
“anggap
saja apartement sendiri kini apartemen ini juga sudah menjadi milikmu juga”
kata mas Bintang dari dalam. Aku tersenyummendengar perkataan mas Bintang
barusan. Pemandangan indah terlihat dari atas sini seluruh kota terlihat
apalagi ketika saat ini pada saat malam terlihat lampu menyala dimana-mana.
Setelah puas aku kembali masuk ke dalam. Mas Bintang terlihat akan memasuki
kamar dengan handuk yang bertengger di lehernya.
“oh
kau rupanya di seberang kamar ini adalah kamarmu sedangkan yang ini kamarku
kalau kau membutuhkan sesuatu tinggal ketuk saja. Itu dapurnya dan kamar
mandinya. aku ke kamar dulu. Di kamarmu udah ada semua barangmu” ucap mas
bintang lalu masuk ke dalam kamarnya. Tunggu dulu berarti aku dan mas bintang
tidak tidur sekamar bukannya suami istri itu harus tidur di kamar yang sama ya.
Sudahlah mungkin mas bintang masih malu. Aku memasuki kamarku.
Kamar
ini memang tidak sebesar kamarku yang dulu tetapi kamar ini didesain menyerupai
kamarku sangat mirip dengan kamarku yang ada di rumah. Mulai dari catnya bahkan
bagaimana cara menata perabotannya bagaimana mas bintang bisa tahu semua ini.
aku lalu membuka lemari hitam besar yang letaknya dekat dengan meja riasku.
Baju-baju ku sudah tertata rapi disana bahkan sebagiannya lagi baju-baju baru.
Apa mas bintang yang membelikannya untukku. Bahagia sekali aku bisa menikah
dengannya. Terima kasih tuhan aku bisa menikah dengan orang yang aku cintai,
dan semoga saja aku bisa hidup bahagia bersama dengan mas bintang. Amin...