Rabu, 11 Februari 2015

Kejadian itu..

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Terlihat jelas aku kini mengenakan gaun pengantin putih yang indah dengan wajah yang sudah dirias menawan, rambutku di gelung dengan rapinya, dan aku juga memakai high heels bewarna senada denga baj yang aku pakai. Aku berjalan ke arah jendela yang tertutup tirai putih. Ku lihat sudah banyak tamu undangan yang berdatangan rata-rata dari teman papa, mama, keluarga besar dan beberapa kerabat dekat. Jantungku berdegub kencang bahkan aku sendiri tak menyangka akan menikah hari ini dengan orang yang telah papa jodohkan untukku. Namanya Muhammad Liandio Pratama, dia lebih tua dariku dua tahun. Kami baru mengenal sekitar satu bulan yang lalu tepat papa memberitahukan bahwa kami berdua dijodohkan. Jujur saja bukan ini bukan seperti ini pernikahan yang aku inginkan. Jika papa tahu aku menunggu seseorang yang aku cintai.  Bukan dengan mas Dio orang yang tidak aku cintai. Ini tidak seperti yang aku bayangkan. Bagaimana aku menjalankan kehidupanku setelah menikah dengan mas dio. Aku tak mau melukai hatinya. Tak terasa air mataku menetes entah sekarang apa yang harus aku lakukan. Pikiranku campur aduk aku tak dapat berpikir jernih. Apakah aku harus kabur dari pernikahan ini ? tidak Vin bukankah kamu ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tuamu. Tidak tidak boleh itu cara yang salah. Aku menghembuskan nafas panjang agar membuatku sedikit tenang. Vin turuti saja apa yang kedua orang tuamu inginkan itu lebih baik. Aku menganggukkan kepalaku sendiri.
Tiba-tiba pintu ruangan yang aku diami diketuk seseorang dari luar. Aku berjalan mendekati pintu sebelumnya aku mengahapus air mataku. Aku membukakan pintu telihat wanita paruh baya yang sudah rapi mengenakan kebaya warna putih senada dengaku ya itu mama. Sudah berdiri di ambang pintu.
“apa kau sudah siap sayang ?” tanya mama aku hanya bisa memberikan senyum seindah mungkin agar mama tak curiga jika aku habis menangis. “lihatlah anak mama cantik sekali putri salju mungkin akan iri kepadamu jika dia ada disini” mama merapikan gaun dan rambutku yang sedikit berantakan.
“mama bisa saja” aku menghembuskan nafas dengan kasar untuk menghilangkan rasa gugpku. Setelah  mama merapikan rambutku mama langsung menggandeng tanganku agar tidak gugup dan menuntunku keluar ke taman belakang rumah yang di desain cantik dengan nuansa putih.
Semua tamu undangan yang tadinya duduk kini berdiri, dan semua mata yang ada di tempat itu terpusat ke arahku tak terkecuali mas dio dan papa. Mama yang tadi menuntunku kini menyerahkanku kepada papa. Papa menggandeng tanganku dan berjalan mendekati Mas Dio yang sudah berdiri di depan altar dengan tuxedo putih. Dia tampak gagah dan tampan namun diraut wajah terlihat sekali bahwa sekarang mas Dio sama sepertiku gugup terlihat berulang kali ia menghembuskan nafas dan mencoba untuk tenang. Setelah sampai aku diserahkan ke Mas Dio. Mas Dio langsung menggenggam tanganku dan kami berdua menghadap aku meliriknya. Tuhan semoga keputusanku untuk menikah dengan pria ini adalah pilihan yang tepat. Kami duduk bersamaan di tempat yang telah disediakan.
“Ananda Muhammad Liandio Pratama apakah ananda dengan tulus ikhlas tanpa paksaan mencintai ananda Vina Princessa Setiawan dan siap dinikahkan secara islam ?” ucap penghulu.
“ya, saya dengan tulus ikhlas tanpa paksaan mencintai Vina Princessa Setiawandan siap dinikahkan secara islam”ucap Mas dio. Tangan mas dio berjabatan dengan penghulu.
“bismillahir rahmaanir rahiim. Ananda Muhammad Liando Pratama bin Muhammad Zainal Abidin saya nikahkan engkau dengan Ananda Vina Princessa Setiawan binti Adi Setiawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan rumah mewah dibayar tunai”
“saya terima pernikahan saya dengan Ananda Vina Princessa Setiawan binti Adi Setiawan dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan rumah mewah dibayar tunai” mas dio berkata dengan mantap dan lancar.
“bagaimana menurut saudara-saudara sah ?” ucap penghulu.
“tidak sah” teriak seseorang dengan lantang membuat semua orang yang ada disini menatap ke arahnya dari kejauhan. Tidak terkecuali aku dan mas Dio. Pria yang mengenakan setelan jas hitam itu melangkah ke arah kami berdua dengan langkah pasti. Semakin lama terlihat jelas wajahnya. Tuhan apakah benar ini. jika ini mimpi jangan pernah bangunkan aku dari mimpi indah ini tuhan. Aku mencubit pipiku ternyata sakit menjalar di pipiku ini bukan mimpi ini sungguhan. Benar itu wajah yang selalu aku rindukan. Seseorang yang telah kunanti sepuluh tahun terakhir. Papa langsung berdiri raut wajah terlihat begitu jelas bahwa beliau sedang marah besar.
“saudara ini siapa, berani-beraninya mengacaukan acara pernikahan putriku” bentak papa. Sedangkan mama yang berdiri disamping papa mencoba untuk menenangkan papa. Aku dan mas dio berdiri dari tempat duduk kami. Para tamu undangan semua pada berbisik-bisik. Persetan dengan tamu undangan, aku tak peduli dengan mereka semua.
Aku bukan orang yang munafik, jujur saja aku bahagia benar-benar bahagia apakah sesorang itu sudah menyadari perasaanku atau dia telah menerima perasaan yang aku pendam dalam hati. Aku telah mencintainya sejak aku masuk SMA. Dia adalah kakak kelasku, anggota OSIS yang berhasil mebuatku jatuh hati karena senyumannya. Bahkan aku sampai mengikuti OSIS, dan olimpiade, dan aktif diberbagai acara agar seseorang itu melihatku. Setelah dia lulus aku belajar dengan giat agar aku bisa diterima di universitas yang sama dengan jurusan yang sama pula dengan  seseorang itu. Sebut saja namanya Bintang Cahya Putra, nama yang sangat indah seindah rupa orangnya. Sempat aku menyerah menantikan mas Bintang karena selama sepuluh tahun aku menyukainya tetapi tidak pernah mendapatkan respon apapun dari mas Bintang. Kini api yang telah padam itu telah kembali berkobar. Mas aku menantimu apa kau tahu itu.
“saya bintang om, saya kekasih vina om. Om izinkan saya menikahi anak om saya sangat mencintai vina bahkan saya tidak bisa hidup tanpa vina om. Saya janji akan menjaga vina dengan seluruh nyawa saya, saya akan membahagiakan vina om”ucap mas bintang yang membuatku terharu hingga menitikan air mata. Kini mas bintang bertekuk lutut dihadapan papa dan mama. Bahkan ia sampai mengaku-ngaku menjadi pacar aku.
“tante om saya mohon saya benar-benar mencintai vina om, izinkan saya menikah dengan vina om, saya mohon.”
Mas Dio menatapku tak mengerti maksud semua ini. aku menatapnya sambil tersenyum dengan air mata masih membasahi. Kulihat mas dio sudah mulai mengerti tatapanku. Dia membalasku dengan senyumannya.
“iya mas dia yang selama ini aku tunggu” ucapku lirih namun masih bisa terdengar oleh mas dio.
“jika kamu bahagia dengannya aku juga akan bahagia untukmu”
“maafkan aku mas karena aku telah menyakitimu, maafkan aku karena keegoisanku.”aku menangis sejadi-jadinyaak telah melukai perasaan pria yang sangat baik dengan apa yang aku lakukan. Vina memang bodoh.
“pergilah menikahlah dengan pria yang kau cintai aku ikhlas vina” aku reflek memeluk mas dio. Lalu beberapa menit melepaskan pelukannya.
“terima kasih mas, terima kasih” aku tersenyum dan langsung ikut berlutut menghadap papa dan mama.
“jika kamu mencintai Vina kenapa kamu baru datang sekarang ketika Vina akan dinikahkan dengan calon suaminya ?” tanya papa tanpa basa-basi.
“maafkan saya om saya terlalu bodoh saya takut jika om dan tante tidak menyukai saya. bahkan saya tidak tahu vina akan dinikahkan oleh orang yang telah om jodohkan kepada vina. Maafkan saya om atas kebodohan saya selama ini saya terlalu egois” jawab mas Bintang. Aku langsung bertekuk lutut disebelah mas Bintang.
“papa mama vina mohon izinkan vina dan mas bintang ini menikah pa ma. Vina sangat mencintai mas bintang pa vina bahagia hidup bersama mas bintang pa ma vina mohon” ucapku.
“om tante kami mohon restui kami” ucap mas bintang. Papa dan mama berbisik-bisik mendiskusikan masalah ini. setelah berapa lama papa dan mama menatap ke arahku dan mas bintang.
“asal itu membuat anak papa dan mama bahagia silahkan.” Ucap papa, mendengar itu mas bintang tersenyum girang. Dan sedangkan aku langsung memeluk papa dan mama erat.
“makasih papa mama. Aku sayang kalian berdua” ucapku yang masih memeluk kedua orang tuaku.
“tidak bisa bagaimana nasib keluarga kami” kini orang tua mas dio berbica tak terima bahwa keluarganya dipermalukan. Aku tahu ini hanya pernikahan bisnis. Jadi jika aku dan mas dio menikah keluarga mas dio akan menerima dana investasi dari papa. Karena perusahaan mas dio mengalami kerugian yang cukup besar.
“ begini pak zainal perjanjian kita akan tetap kita laksanakan dan saya akan bekerjasama dengan perusahaan bapak dalam proyek ini. Bagaimana apakah bapak setuju dengan tawaran saya” papa mencoba bernegosiasi dengan om zainal, ayah mas dio. Om zainal kelihatan berpikir. Bukankah ini tawaran yang bagus proyek yang papa kerjakan itu adalah proyek besar apabila perusahaan om zainal bekerjasama dengan perusahaan papa dan jika proyek ini berhasil akan mendapat keuntungan besar yang dapat menutup kerugian dari perusahan om zainal. Bahkan bisa lebih.
“baiklah saya setuju. Tidak apalah pernikahan ini batal” kata om zainal sambil menjabat tangan papa. Akhirnya kelar juga masalah om zainal dan papa.
Aku bahagia sekali tuhan aku akan menikah dengan orang yang sangat kucintai. Walaupun aku harus mengalami penantian panjang selama sepuluh tahun. Selama itu pula aku selalu sabar menghadapi orang seperti dia yang cuek bahkan  apa yang aku lakukan tak dia pedulikan. Kini setelah aku hampir menyerah engkau datangkan dia dengan sikap yang berbeda dari biasanya. Akhirnya penantianku selama ini tidak sia-sia tuhan terima kasih.
“terus untukmu bintang jagain anak om, jika terjadi sesuatu padanya kamu akan berhadapan  dengan om” ancam papa. Mas bintang langsung mengangguk mendengar hal itu.
“baik om, om tidak perlu khawatir dengan hal itu” ucap mas bintang antusias.
“kapan kamu akan menikah dengan vina ?” tanya mama
“kalau bisa hari ini juga tante saya sudah persiapkan semuanya”
“baik kalau begitu sekarang pak penghulu nikahkan anak saya dengan pemuda ini sekarang”
 Aku dan mas bintang duduk di tempat yang tadi aku duduki berdua dengan mas dio. Kini mas dio duduk disebelah penghulu sebagai saksi. Kekecewaan dan kesedihan tampak dari raut wajahnya. Aku tak tega melihatnya. Maafkan aku mas dio karena aku membuatmu terluka. Sekali lagi maafkan aku  mas. Semoga mas Dio bisa menemukan pendamping yang jauh lebih baik daripada aku.
“baik akad nikah kita ulangi lagi. Sebelumnya nama lengkap saudara siapa ?” tanya penghulu itu kepada mas bintang.
“Bintang Cahya Putra” jawab mas bintang, penghulu itu mencatat sesuatu di sebuah kertas.
“bismillahir rahmaanir rahiim. Ananda Bintang Cahya Putra bin Bakhrul Amiq saya nikahkan engkau dengan Ananda Vina Princessa Setiawan binti Adi Setiawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan al-qur’an dibayar tunai”
“saya terima pernikahan saya dengan Ananda Vina Princessa Setiawan dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan al-qur’an dibayar tunai” ucap mas bintang lancar.
“bagaimana sah ?”
“sah” ucap semua tamu undangan dengan semangat terutama mas dio. Terlihat antusias sekali.
“alhamdulilah” mas bintang mengeluaran kotak pehiasan dari dalam sakunya dan membukanya terdapat sepasang cincin kawin yang indah. Mas bintang mengambil salah satu dari cincin itu dan memasangkannya di jari manisku. Lalu mencium keningku lembut. Aku mengambil cincin yang satunya dan memasangkannya dijari manis mas bintang dan mencium tangannya.
*  * *
Resepsi pernikahan dilaksanakan pada malam hari setelah akad nikah di sebuah hotel berbintang lima. Ballroom yang biasa kini sudah dihias menarik dan cantik. Terkesan elegan lebih tepatnya dengan nuansa warna violet dan putih. Sedangkan aku memakai gaun dengan panjang selutut lengan panjang yang transparan berwarna violet sedangkan mas bintang menggunakan tuxedo bewarna putih. Terlihat jauh lebih tampan daripada biasanya. Wajah yang selau aku kagumi. Aku tersenyum bahagia saat para tamu menyelamati kami. Terutama melihat senyum mas bintang yang tak pernah luntur dari tadi siang. Mas dio datang memberikan ucapan selamat kami berdua. Mas dio mendekatkan kepalanya ke arahku.
“seharusnya aku kini yang berada disebelahmu dan menjadi pendampingmu. Tapi lupakanlah kelihatanya kau jauh lebih bahagia daripada saat aku yang berada di sebelahmu” bisiknya ke arah. Sekilas perasaan bersalah itu muncul dalam hatiku. Kini mas dio tertawa melihat ekspresi bersalahku.
“sudah lupakan saja jangan kau anggap serius aku lebih senang kau berdiri disini dengan bintang disampingmu. Aku jauh lebih bahagia jika kamu bahagia ingat itu. Sudah aku harus pergi banyak yang mengantri dibelakangku. Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian.”ucapnya
“terima kasih mas” ucapku. Kini dia berjalan menjauh dari kami. Semoga mas bisa menemukan yang lebih baik lagi daripada aku.
Hari yang melelahkan banyak sekali tamunya. Badanku capek semua, kini aku terkapar dikursi santai, high heels yang sedari tadi kukenakan kini sudah kulepas. Sambil sesekali memijit tumit kakiku yang kaku. Kulihat mas bintang datang ke arahku dengan membawa dua gelas minuman. Lalu duduk disebelahku dan menyodorkan segelas minuman kepadaku. Aku menerima gelas itu dan langsung meneguknya. Aku benar-benar kehausan.
“makasih mas” ucapku. Mas bintang meneguk minuman yang ia pegang tadi. Kulirik mas bintang raut wajahnya susah aku tebak. Kini wajahnya termenung entah apa yang ada dalam pikirannya. “mas kenapa ?” aku memegang pundak mas bintang. Seketika itu mas bintang yang sadar dari lamunannya langsung berdiri dan meninggalkanku tanpa menjawab pertanyaanku. Apa mungkin ? ah nggak vin mas bintang mungkin lagi kecapekan nggak boleh berpikir yang nggak-nggak vin.
“bintang”mama memanggil mas bintang. Aku yang masih duduk hanya melihat dari kejauhan. Mas bintang langsung mendekati papa, mama, dan kedua orang tuanya mas bintang sendiri. Apa yang mereka bicarakan. Setelah beberapa menit mereka tertawa riang. Biarkan saja mungkin mereka semua membicarakan hal yang penting. aku mengambil ponsel yang ada didekatku dan memainkannya. Untuk mengusir penat yangak rasakan sekarang. Aku membuka sosial mediaku isinya hanya ucapan selamat dari teman-teman sosialita.
Tiba-tiba tanganku digenggam seseorang dan langsung menyeretku pergi dari tempat dudukku yang nyaman. aku dengan bergeg mengambil high helsku yang aku lepas tadi. Aku menoleh ternyata mas bintang yang menyeretku. Sebenarnya ada apa kenapa mas bintang tiba-tiba menyeretku.
“mas sebenarnya ada apa ? mau kemana kita mas ?” otakku penuh dengan banyak pertanyaan. Mas bintang tidak menanggapi pertanyaanku. Aku mengikuti mas bintang kemana masnya akan membawaku. tak berapa lama mas bintang ternyata mas bintang membawa ku ke mobil BMW hitamnya. Mas bintang memasuki mobilnya dan menyalakan mesin. Aku masih terdiam di tempat aku berdiri dengan gaun dan rambut yang sedikit berantakan, tanganku membawa telpon genggam dan high heels. Kakiku tak mengenakan alas kaki apapun. Jika dilihat penampilanku sungguh memalukan.
Tiiit.. Tiitt..
Aku langsung menoleh ke arah mobil yang ada disampingku, mas bintang ada di bangku pengemudi menatapku tajam dan memberikan isyarat agar aku masuk  ke dalam mobil. Aku yang mengerti langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah mas bintang. Mas bintang langsung melajukan mobilnya. Aku tidak tahu kemana mas bintang membawaku pergi. Hanya keheningan yang menghiasi perjalanan kami. Aku tak berani membuka pembicaraan. Begitu juga dengan mas bintang yang sepertinya enggan untuk memulai pembicaraan. Aku masih tak percaya bahwa aku telah menikah dengan mas bintang kini mimpi terwujud. Kini aku dapat melihat wajah tampannya dengan jelas. Biasanya aku mengamatinya dari kejauhan sekarang aku bisa melihatnya dari dekat.
Setelah beberapa menit mobil yang kami berdua sudah sampai di basement sebuah apartement. Setelah memakirkan mobil mas Bintang langsung keluar dari mobilnya. Aku masih diam duduk di tempat pikiranku masih membayangkan apa yang akan aku lakukan setelah ini dengan mas bintang secara kini kami berdua sudah resmi menjadi suami istri. Ah malu sendiri jika membayangkannya, akupun tersenyum sendiri memikirkan tentang itu. Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca jendela mobil disebelahku membuatku tersadar dari lamunanku. Aku menengok ke arah kaca mobil. Aku terkejut ternyata mas bintang yang dari tadi mengetuk. Aku langsung keluar dari mobil. Apa tadi mas bintang melihatku melamun, jika ia itu akan memubuatku malu. Aku menundukkan kepalaku.
Mas bintang langsung berjalan mendahuluiku. Aku langsung bergegas berjalan di belakangnya mencoba menyamakan langkahku dengan mas bintang tapi langkahnya terlalu cepat. Kini kami berdua sudah memasuki gedung apartemen dan langsung menuju ke lift. Aku masih mengekor di belakang mas bintang. Mas bintang menekan angka 18 pada tombol yang berjejer rapi menempel di dinding. Sama seperti tadi tak ada percakapan hanya keheningan yang menyelimuti. Dentingan suara lift tanda bahwa kami berdua sudah sampai pada lantai yang kami tuju. Kami berdua melangkah keluar hanya beberapa langkah dari lift mas bintang behenti melirik sekilas ke arah pintu putih bernomor 2046 dan menghembuskan nafasnya. Setelah itu berjalan lagi. Aku berhenti di depan pintu itu dan meliriknya sekilas. Kenapa dengan pintu ini. adakah yang spesial dari pintu ini ? mas bintang sudah berada jauh aku langsung berjalan mendekati mas bintang. Sudah lupakan tentang pintui itu. kenapa aku harus penasaran. Kini mas bintang berhenti lagi di depan sebuah pintu putih sama seperti tadi tetapi berbeda nomor yang menempel di dinding. Kalau tadi 2046 kini nomornya 2048. Setelah memasukkan password pintu putih di depan kami berdua. Lampu-lampu langsung menyala secara otomatis ketika kami berdua menginjakkan kaki.
Apartement yang simple tidak terlalu banyak perabotan terkesan luas. Aku mengedarkan pandanganku baru aku sadari ternyata apartement ini memiliki balkon aku berjalan ke balkon yang pintunya terbuka membuat tirai yang menutupinya tertiup angin.
“anggap saja apartement sendiri kini apartemen ini juga sudah menjadi milikmu juga” kata mas Bintang dari dalam. Aku tersenyummendengar perkataan mas Bintang barusan. Pemandangan indah terlihat dari atas sini seluruh kota terlihat apalagi ketika saat ini pada saat malam terlihat lampu menyala dimana-mana. Setelah puas aku kembali masuk ke dalam. Mas Bintang terlihat akan memasuki kamar dengan handuk yang bertengger di lehernya.
“oh kau rupanya di seberang kamar ini adalah kamarmu sedangkan yang ini kamarku kalau kau membutuhkan sesuatu tinggal ketuk saja. Itu dapurnya dan kamar mandinya. aku ke kamar dulu. Di kamarmu udah ada semua barangmu” ucap mas bintang lalu masuk ke dalam kamarnya. Tunggu dulu berarti aku dan mas bintang tidak tidur sekamar bukannya suami istri itu harus tidur di kamar yang sama ya. Sudahlah mungkin mas bintang masih malu. Aku memasuki kamarku.

Kamar ini memang tidak sebesar kamarku yang dulu tetapi kamar ini didesain menyerupai kamarku sangat mirip dengan kamarku yang ada di rumah. Mulai dari catnya bahkan bagaimana cara menata perabotannya bagaimana mas bintang bisa tahu semua ini. aku lalu membuka lemari hitam besar yang letaknya dekat dengan meja riasku. Baju-baju ku sudah tertata rapi disana bahkan sebagiannya lagi baju-baju baru. Apa mas bintang yang membelikannya untukku. Bahagia sekali aku bisa menikah dengannya. Terima kasih tuhan aku bisa menikah dengan orang yang aku cintai, dan semoga saja aku bisa hidup bahagia bersama dengan mas bintang. Amin...

First Meet



Hari ini, hari pertama masuk sekolah, serangkaian kegiatan harus dijalani sebagai murid baru termasuk MOS ( Masa Orientasi Siswa ). Disitu aku dan siswa-siswi lainnya memakai atribut yang aneh-aneh. Peserta MOS wajib memakai baju putih dan bawahan hitam. Bagi yang putri rambut harus dikepang sebanyak tujuh  kepangan dan diikat dengan tujuh pita warna. Semuanya harus membuat nama dada yang berisi nama pangglannya dan diikatkan di leher menggunakan tali rafia. Papan namanya harus terbuat dari kertas folio berwarna hijau.. bet sekolah harus handmade dan ditempelkan di lengan sebelah  kanan. Sepatu diwajibkan hitam dan  memakai kaos kaki putih panjang sebetis.
MOS diadakan selama tiga hari berturut-turut. Hari pertama pengenalan sekolah, dan pemeriksaan atribut.  Hari kedua seluruh peserta MOS akan diajak untuk berjalan-jalan mengelilingi daerah sekitar sekolah dan berbagai macam games di berbgaia pos yang telah disediakan. Sedangkan hari terakhir berisi renungan, dan acara pemutp serta permohonan maaf panitia acarakpada pesert MOS.
Aku melihat papan pengumuman pembagian kelompok. Aku tergabung dalam kelompok delapan  terdiri dari 10 orang ada Rosa, Malik, Riya, Aku, Keisha, Rena, Ambar, Steven, Romy,  Thom. Kelompok kami dipimpin oleh Malik.  Kami bernyanyi-nyanyi, dibentak oleh kakak kelas ketika kami melakukan kesalahan walaupun kesalahan itu tidak disengaja. Menari saat membuat yel-yel untuk dilombakan pada saat penutupan MOS.  Dan sesekali meneriakan jargon sekolah solah-olah dapat meningkatkan semangat para peserta.
Saat Istirahat aku dan kelompokku duduku di pinggir lapangan basket. Tiba-tiba ada seseorang  menyikutku  aku  melirik  ternyata seorang gadis rambutnya di ikat ekor kuda, dia menatapku aku  melihat nama dadanya disitu tertera tulisan ‘Rena’. Oh namanya Rena ya ya aku ingat dia satu  kelompok denganku.
“kamu tahu nggak , kakak kelas yang disana itu ?” bisiknya, aku celingukan mencari objek yang dimaksud Rena.
“yang mana ?” tanyaku  balik.
“itu tuh” dia menunjuk ke suatu arah aku mengikuti arah pandang yang dituju. Rena menunjuk anak laki-laki putih sedang tertawa besama dengan temannya. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu, ada perasaan senang ketika melihat tawanya. Dia memakai seragam  putih abu-abu dan memakai jas berwarna biru dongker. Di lehernya bertengger id card warna merah. Tanda bahwanya dia kakak kelas sebelas dan menjaba sebagai OSIS.
Ketika itu aku jatuh cinta pada mas itu yang  namanya  saja aku  tak  tahu.  Aku menyukai tawanya, mas-mas bermata sipit, hidungnya tidak mancung  maupun  pesek. Tingginya kira-kira 175 cm. Jika tertawa atau  tersenyum  matanya tinggal segaris. Dari caranya dia tertawa, tersenyum dia terlihat tampan. Aku kira gak ada yang namanya ‘fallin’ love at  first sight’ dan itu semua hanya ada di novel-novel yang selama ini aku baca.  Apa aku  juga mengalaminya.
“woy. Ngelamun aja, jangan-jangan  kamu suka ya sama mas bintang. Hayo ngaku  aja” tuduh Rena. Aku tersadar dari lamunanku.
“sapa tadi mas bintang ?” ucapku memastikan apa yang telah aku dengar.
“iya mas bintang masa kamu nggak tahu sih dia banyak yang nyukain. Tapi semuanya ditolak.”
“di tolak kenapa ? bukannya enak ya disukain oleh orang banyak.”
“aduh mas itu ya nyukain adik kelasnya waktu SMP, nah sedangkan kakaknya itu sekolah disini sekarang kelas tiga. Kakaknya anak yang disukain mas bintang itu nggak ngerestuin hubungan mereka berdua soalnya kakaknya nggak suka sama mas bintang, sampai sempat perang dingin. Dan mereka berdua masih saling suka sampai sekarang. Adik kelasnya itu seangkatan  sama kita. Namaya kalau nggak salah itu  Dhea iya itu namanya. Denger-denger sih dia mau masuk skolah sini tapi nggak keterima” jelas Rena yang panjang lebar itu entah kenapa dadaku terasa sakit mendengar itu semua. Aku memegangi dadaku, aku mencoba bersikap biasa.
“oh “ aku hanya menganggukkan  kepalaku .
“eh ayo kalian berdua yang duduk-duduk itu sini” ucap salah seorang yang mengenakan baju yang sama dengan yang dipakai dengan mas bintang. Oh tuhan aku dan Rena kena panggil kakak kelas.  Aku dan Rena menghampiri mas-mas yang telah memanggil kami berdua.
“ ada apa mas ?”tanyaku  hati-hati aku dan Rena tak berani menatap mas itu. jujur saja aku takut aku menggenggam  tangan Rena kuat.
“kalian tahu apa salah kalian huh ?” tanya masnya aku melirik ke id card yang dipakai mas-mas itu. namanya Satriya.  Aku dan Rena tak berani menjawab hanya bisa menundukkan kepalaku. 
“ kenapa nggak dijawab, punya telinga nggak sih. Apa gunanya kalian berdua itu punya mulut” bentak mas yang id cardnya namanya Satriya tadi. Aku malah semakin menunduk nyaliku ciut mendengar bentakan itu. orang tuaku tidak pernah  membentakku  seperti itu, sedangkan mas ii yang bukan siapa-siapaku membentakku seperti itu.
“ masnya bisa nyantai dikit gak sih gak perlu pake bentak orang seenaknya” ucap Rena lantang, aku melirik mas itu sekilas matanya sedikit melotot, membuatku semakin takut. aku mengeratkan genggamanku pada Rena.
“ oh anak baru udah berani ya, Baru berapa hari masuk aja sudah belagu. Mau jadi apa kamu ?”
“  kalau masnya nggak bentak-bentak aku juga bisa biasa mas, masnya yang mulai nyolot duluan itu. masalah aku mau jadi apa itu bukan  urusannya masnya” bentak Rena gak mau kalah sam a mas Satriya.
“Sat ada apa ini?” tanya seseorang ini bukan suara mas Satriya. Suaranya bereda , aku mencoba untuk mngangkat kepalaku. Bukankah bukankah itu.
“tang  masa’ anak baru udah belagu banget” lapor mas Satriya kepada mas Bintang.
“mereka berdua biar aku yang urus, udah kamu kesana ajamasih banyak yang lu urusin, akuudah gak sanggup”ujar mas bintang sambil mendorong mas satriya agar segera pergi. Aku menatapnya dia bener-bener tampan saat dilihat dar jarak sedekat ini. jantungku berdegub kencang daripada biasanya.
“maafin satriya dia emang sering kelepasan biasa anaknya emang kayak gitu. Sekarang kalian kembali aja ke kelompok  kalian  tuh udah ketinggalan  jauh” ucap mas bintang lalu tersenyum ke arah aku dan Rena. Tuhan aku  mohon hentikan waktu untuk saat ini saja aku ingin melihat senyumnya itu.
Rena menyenggolku dan langsung menarikku pergi menyusul kelompok kami berdua sesuai dengan perintah mas Bintang.
“ Hey, kamu ketahuan sekarang” kata Rena mengagetkanku.
“Ketahuan apa?” tanyaku polos aku tak mengerti maksud  ucapan Rena.
“kamu suka mas Bintang kan “ godanya aku langsung menggelengkan kepalaku, menutupi kebenarannya hati bahagia bisa melihat senyumnya dengan jarak sedekat tadi. Semburat merah muncul di pipiku.
“aish anak ini, udah nggak usah menutupi aku udah tahu. Padahal baru aja aku kasih tahu kamu tentang mas itu eh kamu udah kepincut duluan “ ucap Rena ceplas ceplos.
“apaan sih Ren, nggak aku ngak suka sama mas bintang “ elakku.
“hallah gak usah bohong deh, tenang aja rahasiamu aman  kok ditanganku”aku dan Rena tertawa.


Kamis, 17 Juni 2010

Saya tidak pernah berpikir itu akan mudah
Menyebabkan kami berdua begitu jauh sekarang
Dan dinding yang mendekati kami
Dan kami bertanya-tanya bagaimana
Tak ada jawaban yang solid
Tetapi hanya berjalan dalam gelap
Dan Anda bisa melihat ekspresi di wajahku Hanya air mata saya terpisah

Jadi kita memerangi melalui luka
Dan kami menangis dan menangis dan menangis dan menangis
Dan kita hidup dan kita belajar
Dan kita mencoba dan mencoba dan mencoba dan mencoba

Jadi terserah Anda dan terserah kepada saya
Bahwa kita bertemu di tengah-tengah perjalanan kembali ke Bumi
Down to Earth, Down to Earth
Dalam perjalanan kembali ke Bumi
* Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi,
Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi *

Dan ibu Anda selalu berada di tempat
Ayah saya tinggal luar kota
Jadi, katakan padaku bagaimana mungkin aku bisa menjadi normal entah bagaimana
Kau katakan padaku ini adalah untuk yang terbaik
Jadi, katakan padaku mengapa aku menangis?
* Woah * Jadi jauh, dan sekarang saya hanya perlu Anda di sini

Jadi kita memerangi melalui luka
Dan kami menangis dan menangis dan menangis dan menangis
Dan kita hidup dan kita cintai
Dan kita mencoba dan mencoba dan mencoba dan mencoba

Jadi terserah Anda dan terserah kepada saya
Bahwa kita bertemu di tengah-tengah perjalanan kembali ke Bumi
Down to Earth, Down to Earth
Dalam perjalanan kembali ke Bumi
* Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi,
Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi *

Kami turun begitu jauh dari cara kita dulu
Sekarang kita berdiri dan kemana kita pergi
Ketika tidak ada jalan untuk mendapatkan hati Anda
Mari kita mulai dari awal lagi

Jadi terserah Anda dan terserah kepada saya
Bahwa kita bertemu di tengah-tengah perjalanan kembali ke Bumi
Down to Earth, Down to Earth
Dalam perjalanan kembali ke Bumi
Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi,
Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi, Kembali ke Bumi,

Saya tidak pernah berpikir akan mudah
Menyebabkan kami berdua begitu jauh sekarang
Dan dinding yang mendekati kami
Dan kami bertanya-tanya bagaimana