Rabu, 11 Februari 2015

First Meet



Hari ini, hari pertama masuk sekolah, serangkaian kegiatan harus dijalani sebagai murid baru termasuk MOS ( Masa Orientasi Siswa ). Disitu aku dan siswa-siswi lainnya memakai atribut yang aneh-aneh. Peserta MOS wajib memakai baju putih dan bawahan hitam. Bagi yang putri rambut harus dikepang sebanyak tujuh  kepangan dan diikat dengan tujuh pita warna. Semuanya harus membuat nama dada yang berisi nama pangglannya dan diikatkan di leher menggunakan tali rafia. Papan namanya harus terbuat dari kertas folio berwarna hijau.. bet sekolah harus handmade dan ditempelkan di lengan sebelah  kanan. Sepatu diwajibkan hitam dan  memakai kaos kaki putih panjang sebetis.
MOS diadakan selama tiga hari berturut-turut. Hari pertama pengenalan sekolah, dan pemeriksaan atribut.  Hari kedua seluruh peserta MOS akan diajak untuk berjalan-jalan mengelilingi daerah sekitar sekolah dan berbagai macam games di berbgaia pos yang telah disediakan. Sedangkan hari terakhir berisi renungan, dan acara pemutp serta permohonan maaf panitia acarakpada pesert MOS.
Aku melihat papan pengumuman pembagian kelompok. Aku tergabung dalam kelompok delapan  terdiri dari 10 orang ada Rosa, Malik, Riya, Aku, Keisha, Rena, Ambar, Steven, Romy,  Thom. Kelompok kami dipimpin oleh Malik.  Kami bernyanyi-nyanyi, dibentak oleh kakak kelas ketika kami melakukan kesalahan walaupun kesalahan itu tidak disengaja. Menari saat membuat yel-yel untuk dilombakan pada saat penutupan MOS.  Dan sesekali meneriakan jargon sekolah solah-olah dapat meningkatkan semangat para peserta.
Saat Istirahat aku dan kelompokku duduku di pinggir lapangan basket. Tiba-tiba ada seseorang  menyikutku  aku  melirik  ternyata seorang gadis rambutnya di ikat ekor kuda, dia menatapku aku  melihat nama dadanya disitu tertera tulisan ‘Rena’. Oh namanya Rena ya ya aku ingat dia satu  kelompok denganku.
“kamu tahu nggak , kakak kelas yang disana itu ?” bisiknya, aku celingukan mencari objek yang dimaksud Rena.
“yang mana ?” tanyaku  balik.
“itu tuh” dia menunjuk ke suatu arah aku mengikuti arah pandang yang dituju. Rena menunjuk anak laki-laki putih sedang tertawa besama dengan temannya. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu, ada perasaan senang ketika melihat tawanya. Dia memakai seragam  putih abu-abu dan memakai jas berwarna biru dongker. Di lehernya bertengger id card warna merah. Tanda bahwanya dia kakak kelas sebelas dan menjaba sebagai OSIS.
Ketika itu aku jatuh cinta pada mas itu yang  namanya  saja aku  tak  tahu.  Aku menyukai tawanya, mas-mas bermata sipit, hidungnya tidak mancung  maupun  pesek. Tingginya kira-kira 175 cm. Jika tertawa atau  tersenyum  matanya tinggal segaris. Dari caranya dia tertawa, tersenyum dia terlihat tampan. Aku kira gak ada yang namanya ‘fallin’ love at  first sight’ dan itu semua hanya ada di novel-novel yang selama ini aku baca.  Apa aku  juga mengalaminya.
“woy. Ngelamun aja, jangan-jangan  kamu suka ya sama mas bintang. Hayo ngaku  aja” tuduh Rena. Aku tersadar dari lamunanku.
“sapa tadi mas bintang ?” ucapku memastikan apa yang telah aku dengar.
“iya mas bintang masa kamu nggak tahu sih dia banyak yang nyukain. Tapi semuanya ditolak.”
“di tolak kenapa ? bukannya enak ya disukain oleh orang banyak.”
“aduh mas itu ya nyukain adik kelasnya waktu SMP, nah sedangkan kakaknya itu sekolah disini sekarang kelas tiga. Kakaknya anak yang disukain mas bintang itu nggak ngerestuin hubungan mereka berdua soalnya kakaknya nggak suka sama mas bintang, sampai sempat perang dingin. Dan mereka berdua masih saling suka sampai sekarang. Adik kelasnya itu seangkatan  sama kita. Namaya kalau nggak salah itu  Dhea iya itu namanya. Denger-denger sih dia mau masuk skolah sini tapi nggak keterima” jelas Rena yang panjang lebar itu entah kenapa dadaku terasa sakit mendengar itu semua. Aku memegangi dadaku, aku mencoba bersikap biasa.
“oh “ aku hanya menganggukkan  kepalaku .
“eh ayo kalian berdua yang duduk-duduk itu sini” ucap salah seorang yang mengenakan baju yang sama dengan yang dipakai dengan mas bintang. Oh tuhan aku dan Rena kena panggil kakak kelas.  Aku dan Rena menghampiri mas-mas yang telah memanggil kami berdua.
“ ada apa mas ?”tanyaku  hati-hati aku dan Rena tak berani menatap mas itu. jujur saja aku takut aku menggenggam  tangan Rena kuat.
“kalian tahu apa salah kalian huh ?” tanya masnya aku melirik ke id card yang dipakai mas-mas itu. namanya Satriya.  Aku dan Rena tak berani menjawab hanya bisa menundukkan kepalaku. 
“ kenapa nggak dijawab, punya telinga nggak sih. Apa gunanya kalian berdua itu punya mulut” bentak mas yang id cardnya namanya Satriya tadi. Aku malah semakin menunduk nyaliku ciut mendengar bentakan itu. orang tuaku tidak pernah  membentakku  seperti itu, sedangkan mas ii yang bukan siapa-siapaku membentakku seperti itu.
“ masnya bisa nyantai dikit gak sih gak perlu pake bentak orang seenaknya” ucap Rena lantang, aku melirik mas itu sekilas matanya sedikit melotot, membuatku semakin takut. aku mengeratkan genggamanku pada Rena.
“ oh anak baru udah berani ya, Baru berapa hari masuk aja sudah belagu. Mau jadi apa kamu ?”
“  kalau masnya nggak bentak-bentak aku juga bisa biasa mas, masnya yang mulai nyolot duluan itu. masalah aku mau jadi apa itu bukan  urusannya masnya” bentak Rena gak mau kalah sam a mas Satriya.
“Sat ada apa ini?” tanya seseorang ini bukan suara mas Satriya. Suaranya bereda , aku mencoba untuk mngangkat kepalaku. Bukankah bukankah itu.
“tang  masa’ anak baru udah belagu banget” lapor mas Satriya kepada mas Bintang.
“mereka berdua biar aku yang urus, udah kamu kesana ajamasih banyak yang lu urusin, akuudah gak sanggup”ujar mas bintang sambil mendorong mas satriya agar segera pergi. Aku menatapnya dia bener-bener tampan saat dilihat dar jarak sedekat ini. jantungku berdegub kencang daripada biasanya.
“maafin satriya dia emang sering kelepasan biasa anaknya emang kayak gitu. Sekarang kalian kembali aja ke kelompok  kalian  tuh udah ketinggalan  jauh” ucap mas bintang lalu tersenyum ke arah aku dan Rena. Tuhan aku  mohon hentikan waktu untuk saat ini saja aku ingin melihat senyumnya itu.
Rena menyenggolku dan langsung menarikku pergi menyusul kelompok kami berdua sesuai dengan perintah mas Bintang.
“ Hey, kamu ketahuan sekarang” kata Rena mengagetkanku.
“Ketahuan apa?” tanyaku polos aku tak mengerti maksud  ucapan Rena.
“kamu suka mas Bintang kan “ godanya aku langsung menggelengkan kepalaku, menutupi kebenarannya hati bahagia bisa melihat senyumnya dengan jarak sedekat tadi. Semburat merah muncul di pipiku.
“aish anak ini, udah nggak usah menutupi aku udah tahu. Padahal baru aja aku kasih tahu kamu tentang mas itu eh kamu udah kepincut duluan “ ucap Rena ceplas ceplos.
“apaan sih Ren, nggak aku ngak suka sama mas bintang “ elakku.
“hallah gak usah bohong deh, tenang aja rahasiamu aman  kok ditanganku”aku dan Rena tertawa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar