Hari ini, hari
pertama masuk sekolah, serangkaian kegiatan harus dijalani sebagai murid baru
termasuk MOS ( Masa Orientasi Siswa ). Disitu aku dan siswa-siswi lainnya
memakai atribut yang aneh-aneh. Peserta MOS wajib memakai baju putih dan
bawahan hitam. Bagi yang putri rambut harus dikepang sebanyak tujuh kepangan dan diikat dengan tujuh pita warna.
Semuanya harus membuat nama dada yang berisi nama pangglannya dan diikatkan di
leher menggunakan tali rafia. Papan namanya harus terbuat dari kertas folio berwarna
hijau.. bet sekolah harus handmade dan ditempelkan di lengan sebelah kanan. Sepatu diwajibkan hitam dan memakai kaos kaki putih panjang sebetis.
MOS diadakan
selama tiga hari berturut-turut. Hari pertama pengenalan sekolah, dan
pemeriksaan atribut. Hari kedua seluruh
peserta MOS akan diajak untuk berjalan-jalan mengelilingi daerah sekitar
sekolah dan berbagai macam games di berbgaia pos yang telah disediakan.
Sedangkan hari terakhir berisi renungan, dan acara pemutp serta permohonan maaf
panitia acarakpada pesert MOS.
Aku melihat
papan pengumuman pembagian kelompok. Aku tergabung dalam kelompok delapan terdiri dari 10 orang ada Rosa, Malik, Riya,
Aku, Keisha, Rena, Ambar, Steven, Romy,
Thom. Kelompok kami dipimpin oleh Malik.
Kami bernyanyi-nyanyi, dibentak oleh kakak kelas ketika kami melakukan
kesalahan walaupun kesalahan itu tidak disengaja. Menari saat membuat yel-yel
untuk dilombakan pada saat penutupan MOS. Dan sesekali meneriakan jargon sekolah
solah-olah dapat meningkatkan semangat para peserta.
Saat Istirahat
aku dan kelompokku duduku di pinggir lapangan basket. Tiba-tiba ada
seseorang menyikutku aku
melirik ternyata seorang gadis
rambutnya di ikat ekor kuda, dia menatapku aku
melihat nama dadanya disitu tertera tulisan ‘Rena’. Oh namanya Rena ya
ya aku ingat dia satu kelompok denganku.
“kamu tahu nggak
, kakak kelas yang disana itu ?” bisiknya, aku celingukan mencari objek yang
dimaksud Rena.
“yang mana ?”
tanyaku balik.
“itu tuh” dia
menunjuk ke suatu arah aku mengikuti arah pandang yang dituju. Rena menunjuk
anak laki-laki putih sedang tertawa besama dengan temannya. Tiba-tiba aku
merasakan sesuatu, ada perasaan senang ketika melihat tawanya. Dia memakai seragam putih abu-abu dan memakai jas berwarna biru
dongker. Di lehernya bertengger id card warna merah. Tanda bahwanya dia kakak
kelas sebelas dan menjaba sebagai OSIS.
Ketika itu aku
jatuh cinta pada mas itu yang
namanya saja aku tak
tahu. Aku menyukai tawanya,
mas-mas bermata sipit, hidungnya tidak mancung
maupun pesek. Tingginya kira-kira
175 cm. Jika tertawa atau tersenyum matanya tinggal segaris. Dari caranya dia
tertawa, tersenyum dia terlihat tampan. Aku kira gak ada yang namanya ‘fallin’ love at first sight’ dan itu semua hanya ada di
novel-novel yang selama ini aku baca.
Apa aku juga mengalaminya.
“woy. Ngelamun
aja, jangan-jangan kamu suka ya sama mas
bintang. Hayo ngaku aja” tuduh Rena. Aku
tersadar dari lamunanku.
“sapa tadi mas
bintang ?” ucapku memastikan apa yang telah aku dengar.
“iya mas bintang
masa kamu nggak tahu sih dia banyak yang nyukain. Tapi semuanya ditolak.”
“di tolak kenapa
? bukannya enak ya disukain oleh orang banyak.”
“aduh mas itu ya
nyukain adik kelasnya waktu SMP, nah sedangkan kakaknya itu sekolah disini
sekarang kelas tiga. Kakaknya anak yang disukain mas bintang itu nggak
ngerestuin hubungan mereka berdua soalnya kakaknya nggak suka sama mas bintang,
sampai sempat perang dingin. Dan mereka berdua masih saling suka sampai
sekarang. Adik kelasnya itu seangkatan
sama kita. Namaya kalau nggak salah itu
Dhea iya itu namanya. Denger-denger sih dia mau masuk skolah sini tapi
nggak keterima” jelas Rena yang panjang lebar itu entah kenapa dadaku terasa
sakit mendengar itu semua. Aku memegangi dadaku, aku mencoba bersikap biasa.
“oh “ aku hanya
menganggukkan kepalaku .
“eh ayo kalian
berdua yang duduk-duduk itu sini” ucap salah seorang yang mengenakan baju yang
sama dengan yang dipakai dengan mas bintang. Oh tuhan aku dan Rena kena panggil
kakak kelas. Aku dan Rena menghampiri
mas-mas yang telah memanggil kami berdua.
“ ada apa mas
?”tanyaku hati-hati aku dan Rena tak
berani menatap mas itu. jujur saja aku takut aku menggenggam tangan Rena kuat.
“kalian tahu apa
salah kalian huh ?” tanya masnya aku melirik ke id card yang dipakai mas-mas
itu. namanya Satriya. Aku dan Rena tak
berani menjawab hanya bisa menundukkan kepalaku.
“ kenapa nggak
dijawab, punya telinga nggak sih. Apa gunanya kalian berdua itu punya mulut”
bentak mas yang id cardnya namanya Satriya tadi. Aku malah semakin menunduk
nyaliku ciut mendengar bentakan itu. orang tuaku tidak pernah membentakku
seperti itu, sedangkan mas ii yang bukan siapa-siapaku membentakku
seperti itu.
“ masnya bisa
nyantai dikit gak sih gak perlu pake bentak orang seenaknya” ucap Rena lantang,
aku melirik mas itu sekilas matanya sedikit melotot, membuatku semakin takut.
aku mengeratkan genggamanku pada Rena.
“ oh anak baru
udah berani ya, Baru berapa hari masuk aja sudah belagu. Mau jadi apa kamu ?”
“ kalau masnya nggak bentak-bentak aku juga
bisa biasa mas, masnya yang mulai nyolot duluan itu. masalah aku mau jadi apa
itu bukan urusannya masnya” bentak Rena
gak mau kalah sam a mas Satriya.
“Sat ada apa
ini?” tanya seseorang ini bukan suara mas Satriya. Suaranya bereda , aku
mencoba untuk mngangkat kepalaku. Bukankah bukankah itu.
“tang masa’ anak baru udah belagu banget” lapor mas
Satriya kepada mas Bintang.
“mereka berdua
biar aku yang urus, udah kamu kesana ajamasih banyak yang lu urusin, akuudah
gak sanggup”ujar mas bintang sambil mendorong mas satriya agar segera pergi.
Aku menatapnya dia bener-bener tampan saat dilihat dar jarak sedekat ini.
jantungku berdegub kencang daripada biasanya.
“maafin satriya
dia emang sering kelepasan biasa anaknya emang kayak gitu. Sekarang kalian
kembali aja ke kelompok kalian tuh udah ketinggalan jauh” ucap mas bintang lalu tersenyum ke arah
aku dan Rena. Tuhan aku mohon hentikan
waktu untuk saat ini saja aku ingin melihat senyumnya itu.
Rena
menyenggolku dan langsung menarikku pergi menyusul kelompok kami berdua sesuai
dengan perintah mas Bintang.
“ Hey, kamu
ketahuan sekarang” kata Rena mengagetkanku.
“Ketahuan apa?” tanyaku
polos aku tak mengerti maksud ucapan
Rena.
“kamu suka mas
Bintang kan “ godanya aku langsung menggelengkan kepalaku, menutupi
kebenarannya hati bahagia bisa melihat senyumnya dengan jarak sedekat tadi.
Semburat merah muncul di pipiku.
“aish anak ini,
udah nggak usah menutupi aku udah tahu. Padahal baru aja aku kasih tahu kamu
tentang mas itu eh kamu udah kepincut duluan “ ucap Rena ceplas ceplos.
“apaan sih Ren,
nggak aku ngak suka sama mas bintang “ elakku.
“hallah gak usah
bohong deh, tenang aja rahasiamu aman
kok ditanganku”aku dan Rena tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar